Jumat, 20 Januari 2012

Purezento no watashi no tomodachi~~ "Where Is My Love?"


Author           : Myla NEWSholic
Title                : Where is my love?

Genre             : Romance, sedikit angst
Note               : 19 Desember 2011
    
Type                : Oneshort (long), SongFic
Song              : Precious One By. KAT-TUN
Rate               : PG – 15 *emang umur mbaknya berapa?*
Fandom           : JE
Cast.              : Rakko Miyamoto (OC) >< Kamenashi Kazuya >< Ninomiya Kazunari >< Jin Akanishi (Jin Miyamoto) (Dan beberapa selentingan orang lewat *termasuk saia #plak*)
Disclaimer      : I just write this fanfiction. Please don't kill me. >.< Entah kenapa jadi bikin cerita kayak gini... ngarang banget saia tentang penyakitnya. Maafkan saia… kagak jelas yah ceritanye? *di keroyok readers* Gomenne… *sembah sujud*


 “…Kaa chan… Okaa chan…” Seru seorang gadis yg kini berada di makam Nyonya Miyamoto. Ibunya. Tangisannya pecah. Tak ada seorang pun berani menatap raut wajah gadis itu. Mendengar isakannya pun sudah membuat hati setiap orang sedih. “Bangun… Okaachan. Onegaii…”

“Rakko… Sudah…” Seorang pria yg sedari 3 jam lalu menunggu adiknya berhenti menangis.
Gadis itu benar-benar tak bisa menghentikan air matanya. Bahkan dia tak sempat melihat terakhir kali wajah ibunya karena dia baru saja pulang dari Hokkaido. Dia sebenarnya ingin memperlihatkan sesuatu kepada Ibunya. Bunga lily langka yg selama ini Ibunya inginkan.

Time goes by, we have so many meetings and partings.
Here I am, relying on someone's kindness, I lost sight of something.

“Raa chan…” Gadis berambut panjang sepunggung itu menatap Rakko dan mulai mengambil pisau dari tangan Rakko. Yaitu Myla, sahabatnya.

Sudah 5 hari ini Rakko mengurung dirinya sediri di kamarnya. Akhir-akhir ini tak ada seorang pun yg berani melihatnya. Bahkan Kakaknya yg merupakan keluarga satu-satunya. Lalu Jin, kakaknya menyuruh Myla untuk menemui Rakko. Gadis itu memandang seisi kamar Rakko yg berantakan, tangannya yg berdarah, tangisannya yg terus mengalir, pandangannya yg kosong dan mulutnya yg selama ini tak pernah mengucapkan apa-apa.

“Jin Niichan… Apa yg harus kita lakukan?” Tanya Myla memandang seorang pria yg mengusapi lembut darah Rakko.
“Shiranai…” Bisik pria itu sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan air matanya.
“Tapi… ini… sudah parah… Niichan…” Air mata Myla turun membasahi pipinya kembali.
“…” Jin hanya mengelus rambut adiknya dan duduk disamping Rakko.

Saat Jin memandang tatapan kosong Rakko. Seperti mayat hidup. Mereka tak tau apa yang harus mereka lakukan. Karena mereka tau selama ini Rakko sangat sayang kepada Nyonya Miyamoto. Jin juga sangat sedih. Tapi dia tak separah Rakko. Hanya karena dia anak laki-laki dan harus menahan kesedihannya.

“Raa chan…” Jin menatap gadis yg diam seribu bahasa itu akhirnya membuka mulutnya sedikit. Seakan ingin bicara. Tapi seperti tak mampu dan tak berdaya.
Sorot mata yg kosong itu kali ini dengan berani menatap Jin. 
Seakan Jin tau, “Katakan…”
“…Masih… bisa bersama kan?” Jin tersenyum mengangguk apa dimaksud pertanyaan Rakko.
“…Masih bisa melihatnya kan?” Jin kembali mengangguk, menatap Myla yang segera memalingkan wajah dan menutup mulutnya, berusaha meredam suara tangisnya sendiri.
“…Masih bisa mendengar suaranya kan?” kali ini Myla ikut mengangguk sembari mengigit bibir bawahnya berusaha menghentikan air yang mulai mengalir lagi dari kedua matanya.
“…Masih hidup kan?” Pertanyaan ini membuat kedua orang yg di depan Rakko menangis.
“…Meski… meskipun sudah terpisah jauh…” tangis Rakko pecah kembali, membuat kalimatnya terputus-putus tak jelas “Meski… pergi… berada… di tempat… yang… jauh… sekalipun…”

Omongan Gadis itu mulai kacau. Tangisannya pecah. Mengingat kenangan bersama seseorang yg sangat dia sayangi.

“…Nan…de???” Tanya Rakko pada dirinya sendiri.
“… Kenapa… saat Ibu… membutuhkanku… kenapa… aku… tak ada… disampingnya?” Jin tak tahan. Dengan cepat Jin memeluknya.
“…Nande?? Watashi wa… hitori desu…” Rakko memukul dada Jin. Pria itu terus memeluk Rakko dengan erat. Myla tak kuat melihat itu hanya menangis sambil memeluk lututnya.
Kini sudah sebulan gadis itu mulai bangun menerima kenyataan. Walaupun setiap dia bangun dari tidurnya, ia selalu teringat Ibunya yg selalu membangunkannya agar tidak terlambat ke sekolah. Bahkan setiap sarapan pagi, sesekali dia bisa menangis. Tapi kejadian itu telah membuat sesuatu yg aneh pada tubuh Rakko. Seperti suatu penyakit yg serius.

What do you think of now, all alone at night as you count the seasons past?

“Niichan! Kapan kau menemaniku pergi jalan-jalan?” Seru seseorang yg kini menghampiri Kakaknya yg ada di ruang kerjanya.
“Kau ini!” Jin menangkap bibir adiknya.
“Soshite? Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu…”
“Fiuuuuuuuh… Kau tidak lihat aku sedang apa sekarang?” Pria itu mencubit pipi adiknya.
“Iya deh~ Gomen…” Pinta Rakko sedangkan Kakaknya hanya tersenyum.
“Baiklah Raa… Mungkin nanti sore…”
“Yattaaaaaaaa!” Teriak Rakko senang.
“…” Jin hanya tersenyum.
“Sou desu ne… Niichan… Aku mau berangkat sekolah dulu yah…” Kata Rakko dengan ceria.
“Hai’… Itterashai…”
“Chotto, mau ku titipkan salam kepada Yui Neechan?”
“Dasar kau!” Pukul Jin lembut dengan wajah yg mulai memerah. Memang dia menyukai Kakak kelas Rakko, Yui Yoshioka. (--__--)

==================================================================================

 “Tegoshi~ Mana pacarmu?” Tanya Rakko yg menghampiri seorang pria yg selama ini juga popular di sekolah ini.
“Shiranai yo…” Keluh Pria itu sambil menaruh buku yg sedari tadi ia baca dengan keras. “Kau selalu menggangguku!” Pria itu mau berniat untuk pergi.
“Oi! Kau kenapa sih? Jangan-jangan… Kau bertengkar ya sama Myla???” Tebak Rakko.
“…” Pria itu menghentikan langkahnya. Terkejut gadis itu bisa membaca pikirannya.
“Tegocha… Jangan sedih… Okey, aku bantu deh!” Rakko menepuk bahu pria itu.
“Bagaimana caranya?” Tiba-tiba pria itu ikut menyerah saja.
“Aku akan bicara kok nanti pada Myla chan. Kau tenang saja~”
“Are???” Pria itu hanya mengerutkan alisnya tak mengerti.
“Tenanglah, kau percaya padaku kan?”
“Terserah kau lah… Aku mau pergi dengan Koyama dulu. Bye~”
“Jya ne…” Rakko melambaikan tangannya. Dia sempat merasa iri dengan kedua sahabatnya itu. Tegoshi dan Myla.

Karena merasa kakinya pegal, gadis berambut sebahu dengan berkacamata frame hitam itu duduk di bangku. Sudah sebulan pacarnya telah pergi ke Florida, Amerika. Karena mendapat beasiswa disana. Terakhir kali Rakko melihat wajah kekasihnya itu dengan senang. Dia sangat sayang pada kekasihnya. Kekasihnya sangat baik.
Tapi entah kenapa dari seminggu yg lalu dia tak menerima kabar dari kekasihnya itu. Walaupun itu email atau telepon. Gadis itu sangat merindukannya. Entah kenapa dia semakin bertahan di posisi ini. Mungkin ini sulit jika dilakukan seseorang. Dia mulai beranjak dari tempat duduknya dan segera pulang. Tapi hujan datang.

“Maa~ Bagaimana ini? Hujan…” Rakko menggigit bibir bawahnya. Dia sedikit kedinginan.
‘Jika kita tak saling membawa payung dan tiba-tiba hujan… Kita akan pulang dengan payung transparan ini… Kau atau pun aku bisa memakainya kapanpun… Raa chan…’ 
Seperti suara yg berlalu, ingatan tentang kekasihnya kembali datang. Dia ingat bahwa dia dan kekasihnya pernah menyembunyikan payung di gudang belakang sekolah. Hanya untuk mereka. Gadis itu pun mulai berlari dan mencari payung tersebut.

“Syukurlah masih ada… Aku kira sudah hilang sejak hari pembersihan seminggu lalu…” Ucap Rakko lega. Dengan senang hati dia mengambil payung itu dan pulang tanpa khawatir lagi.
Di tengah jalan, tiba-tiba Gadis itu terhenti. Melihat sesuatu yg selama ini ia takut alami. Mata gadis itu terbelalak. Seakan kaget luar biasa. Dia seolah tak percaya. Tapi itu kenyataan yg sekarang ia sedang alami sendiri. Hatinya sakit. Matanya mulai memerah yg sudah siap untuk menangis.

Ninomiya Kazunari.
Kekasih yg sudah 3 tahun ada di hatinya.
Berciuman…
Dengan orang lain.
Brukk…
Payung yg di pegangnya jatuh.

“Ninomiya kun…” Kata Rakko pelan tak percaya. Tapi tentu saja dengan pendengaran yg tajam dari Otoka di depannya itu dapat mendengar.
Pria itu kaget melepaskan ciumannya dan gadis yg diciumnya berlari karena tau itu kekasih pria itu. “Raa chan…”
“Nani… shiteru no?” Tanya Rakko sambil menatap otoka itu dengan mata merahnya.
“…Go…Gomen…” Jawab pria itu sambil berusaha meraih tangan Rakko. “Aku bisa jelaskan…”
“Hanase yo…” Pinta Rakko yang mulai menangis.
“Raa…”

“Anata ga kirai desu… kirai desu… kirai desu… KIRAI DESU!!!!”

PLAK…
Rakko menampar pria di hadapannya dan pergi.

Sometime, sometimes the loneliness overwhelms my heart.
I don't want to be all alone, it's so bittersweet.

Katakutan itu muncul lagi. Ia telah kehilangan seseorang yg ia cintai lagi. Kenapa nasibku begini? Aku tak akan percaya takdir. Pikir gadis itu yg sekian lama mengurung dirinya sendiri di kamar. Malam itu, dia menangis dengan kerasnya. Tangannya berdarah. Dia telah melukai tangannya sendiri dengan pikiran kosongnya.

“Rakko!!! Sudah!!! Apa yg kau lakukan???” Teriak seorang pria yg mengambil pisau darinya.
“Apa yang aku lakukan??? HAH??? Aku bosan hidup!!” Teriaknya kepada kakaknya sendiri.
“Rakko!!! Kumohon sadarlah… Kenapa penyakitmu begini?” Dengan kasihan, kakaknya memeluk adik tersayangnya. “Rakko… Onegaii… Yamete yo…”
Tak lama berselang, Rakko tertidur pulas, mungkin karena kecapekan menangis sepanjang sore ini. Jin melepaskan diri dan mengambil bir dingin di kulkas. Ia memandang wajah adiknya yang tertidur. Entah masalah apa yg membuat adiknya mengamuk lagi.
“Kau sudah bangun?” Tanya Kakaknya yg kini telah membawa senampan makanan dan minuman.
“…” Gadis itu hanya tersenyum polos. Matanya masih saja bengkak karena habis menangis.
“I hope you be better again…” Balas kakaknya tersenyum.
“Kakak… Tanganku… Tanganku kenapa kak?” Tanya gadis itu yg kini panik melihat tangannya yg diperban.
“Daijoubu… Kau mengi…” Ucapan dari Jin terhenti. Dia tak mampu menjelaskan alasan itu lagi. Karena adiknya selalu tak percaya. “Etoo… Tanganmu keiris saat kau mengiris bawang…”
“Wakatteru… Tapi kenapa aku tak ingat kejadian itu?”
“Saat itu kau sudah pingsan, honey…” Jin mengelus rambut Rakko. Sekaligus dia menahan air mata ibanya. Laki-laki itu tersenyum.
 “Apa aku melakukan hal aneh lagi?… Ya udah, aku mau berangkat sekolah…”
“Kau mau berangkat sekolah dengan keadaan seperti ini??? Tak bisa Rakko!”
“Daijou … Akkhhh…” Erang gadis itu kesakitan saat dia menyentuh tangannya yg di perban.
“Tuh kan masih sakit? Ne, apa kemarin ada masalah?” Tanya kakaknya yg heran apa yg membuat adiknya kambuh.
“…” Gadis itu hanya menggeleng. Mengingat kejadian kemarin membuat dadanya sesak.
“Doushita no? Mengingat Kazunari san lagi?”
“Betsu ni…” Rakko tersenyum. “Niichan…”
“Iya??”
“Tolong jangan panggil namanya lagi. Aku ingin melupakannya. Tsumadi, bokutachi wa… owari desu…” Rakko tersenyum pahit. Seakan senyuman di dalam tangisan.
“…” Laki-laki yg lebih tua dua tahun di depannya itu hanya terdiam. Berfikir seharusnya dia tak mencampuri urusan adiknya. “Maa~ Kurasa ini waktunya kau minum obat… ne?” 
“Hai’…” Gadis itu mengangguk mengiyakan.

Belakangan ketahuan, karena terlalu berat beban pikirannya, gadis itu mengalami gangguan mental hingga tumor otak dapat menyerangnya. Hingga sekarang, jika dia sedang mengalami setres atau otaknya terlalu berfikir berat dia bisa saja kambuh. Karena tidak percaya dengan penyakitnya, dengan sekuat tenaga kakaknya berusaha menyuruhnya meminum obat. Walaupun kakaknya terus-terusan bilang jika itu vitamin.

 “Kenapa? Aku sangat menyayangimu. Kenapa kau mengkhianatiku… seperti ini? Nino…” Rakko mulai menangis lagi.

Dia menatap langit yg cerah. Duduk di dekat jendela adalah hal favoritnya. Langit itu terlalu cerah untuk hatinya. Ia ingin sekali berteriak dan mengeluarkan semua apa yg ada di hatinya. Tapi kenapa sangat sulit? Setiap mengingat kenangan itu, dada gadis itu selalu sesak. Sakit. Perih.

One day, one day you'll fine your precious one.

“Rakko… Daijoubu? Kau melamun terus…” Myla menegur sahabatnya yg sedang melamun memandangi pinky ring nya.
“Daijoubu…” Rakko mengangguk sambil melepaskan pinky ring nya lalu melemparnya ke lantai dan menginjaknya sampai rusak.
“Doushita no? Kenapa kau mengi…”
“Kirai…” Potong Rakko.
“Hah??”
“Aku benci dia.”
“Nande?” Myla berusaha menatap wajah Rakko yg tertunduk.
“Dia berciuman dengan seseorang selain aku. Aku bahkan tak pernah ia cium.” Kata Rakko pelan, bahkan sempat membuat Myla tak mendengarnya.
“Kok bisa??? Itu namanya cowok yg tak setia. Munafik.”
“Sudahlah…” Rakko mulai berdiri dan tersenyum pahit. “Maa~ Sebaiknya kita masuk kelas sebelum bel berbunyi.”
“… Ikou…” Jawab Myla tersenyum setelah memandang Rakko dari iba menjadi senyuman.
“Myla… hari ini kau sudah mengerjakan pr gak? Aku lihat punyamu yah???” Tanya Rakko yg disambut pukulan dari Myla.
“Dasar kau! Selalu gak ngerjain pr!”
“Aku udah ngerjain. Tapi penaku yg gak mau kerja…” Jawabnya polos lalu kegiatan rutin yg dilakukan sahabatnya itu masih berlaku, mencubit pipinya.

Matsumoto Jun, guru Matematika beranjak akan masuk ke kelas 2C yaitu dimana kelas Rakko dan Myla berada. Tapi kali ini dia tak sendiri. Seorang anak laki-laki memakai seragam baru sekolah Horikoshi gakuen, yaitu sekolah ini. Tentu saja orang yg melihatnya tak begitu familiar di sekolah ini.

“Ohayou minna…” Sapa sensei yg mulai masuk.
“Ohayou gozaimasu sensei…” Jawab semuanya serentak.
“Kali ini sensei ingin memperkenalkan seseorang yg akan menjadi teman baru kalian.” Jelas sensei Matsumoto tersenyum.
“Dare?” Terdengar pertanyaan itu dari murid-murid yg ada di hadapan sensei.
“Silahkan masuk…” Pinta Sensei. Dan masuklah seseorang cowok yg sedari tadi dibawanya.
Cowok itu akhirnya masuk. Dia memandang seisi ruangan kelas itu. Pertama kali masuk, pandangannya langsung tertuju kepada seseorang cewek polos, memakai kacamata dengan frame hitam, rambutnya sedikit acak-acakan dan tampilannya yg sangat kasual dengan cueknya membaca buku yg perlahan-lahan telah menarik hatinya. Pertamakali juga pandangannya serius dengan seorang cewek. Entah kenapa… Dokidoki tomaranai.

“Douzo… Perkenalkanlah dirimu… Sensei juga ingin tau…” Ucap sensei mundur.
“Ore wa… Kazuya… Kamenashi desu… Yoroshiku Onegaishimasu” Jelas cowok itu memperenalkan dirinya dengan gugup.
“Baiklah… Kazuya san… Anda bisa duduk di belakang Miyamoto san…” Sensei menunjuk bangku kosongsatu-satunya yg ada di belakang Rakko.
“Arigatou gozaimashita…” Cowok itu sedikit menunduk kepada sensei.
“Hai’…” Jawab sensei sambil tersenyum. Sensei itu juga cukup muda di pandangan cewek.

Semua murid memandangi anak baru itu. Terutama murid cewek. Memangnya kenapa? Itu kan yg jadi pertanyaan kalian? Tentu saja, cowok itu berparas cantik tapi kawaii. Sou desu ne? Terutama Myla, yang suka banget ngeliat cowok kakkoi dan kawaii. Bahkan dia sampai-sampai tak mengingat bila punya pacar. *gelaaaa*


Waktu istirahat~

Jika istirahat, Rakko suka sekali makan bentonya di atap sekolah bersama kakak kelasnya yg ia kagumi dan perlahan menjadi sahabat, Nakamaru Yuichi. Walaupun gak pasti, seperti kemarin. Dia makan bento bersama Myla dan Tegoshi jika Yuichi sedang latihan kendo. Tentu saja Rakko dikacangin, ya iyalah mereka berdua mesra mesraan melulu. (---__---)
Tapi Rakko mengakui, jika dia sedang sedih. Kedua pasangan ero itu selalu bisa menghiburnya.

“Nakamaru san… Apa kau mau latihan kendo?” Tanya Rakko.
“Hai’… gomen… aku gak bisa nemenin kamu Raa…”
“Daijoubu, yg penting Yuichi harus tetap berjuang dan mengejar impian Yuichi yg ingin menjadi pemain kendo yg hebat.” Balas Rakko tersenyum.
“Arigatou… Kau selalu mendukungku…” Ucap Yuichi sambil mengacak rambut Rakko.
“Hufft! Jangan rusak tatanan rambutku dong…” keluh Rakko disambut
“Haha… kawaii…” tawa kecil dri Yuichi. “jya…”

Akhirnya dia sendirian juga. Tegoshi dan Myla sedang membicarakan soal tunangan mereka. Itu sempat membuat Rakko iri. Jadi, pasangan itu gak bisa nemenin dia. Apa daya, Rakko hanya sendirian.

Tap… Tap…

Suara langkah dari seorang Kamenashi yg mempercepat langkahnya. Dia lelah dikerumuni oleh gadis-gadis di kelasnya terus. Dengan susah payah, dia bisa juga meloloskan diri. Karena masih terbawa kebiasaan di sekolahnya yg dulu. Dia ingin melangkahkan kakinya ke atap sekolah. Tapi dia kaget, melihat seorang gadis tadi yg menarik perhatiannya.

“Anata?” Kata Kame terkejut. Mungkin tak terdengar oleh gadis itu. Lalu dia pun mendekati gadis yg sedang menatap langit itu. “Hy… Boleh… aku… duduk disini?”
“Boleh…” Jawab gadis itu tersenyum.
“Kau… Miyamoto san?”
“Hmm…” Dia mengangguk. “Miyamoto Rakko desu…”
“Hajimemashite…” Balas Kame tersenyum.
“Hai’… Hajimemashite ne…” Begitu pun jg dengan Rakko yg tersenyum tipis. “Mau onigiri?”
“Hai’… wahh aku suka onigiri…” Kame pun menyomot onigiri tersebut. “Hmm, UMMAI!!!”
“Hahaha, wajahmu seperti anak kecil…” Tawa kecil Rakko.
“Hehehe, beneran lho. Ini onigiri terenak yg pernah kumakan.”
“Hontou ni? Kakakku yg buat…”
“Keaknya kakakmu Pintar masak yah.”
“…” Gadis itu tersenyum sambil memakan onigirinya. Masih saja tak memandang pria yg di depannya. Sebenarnya dia cukup pendiam.
“Emm … Anoo…” Entah kenapa wajah Kame memerah. *aduuh, pengen dicipok author yaa~* “Hmm?” Akhirnya Rakko menoleh juga. Hati pria itu deg-degan kembali.
“Apa kau setiap hari disini sendiri?” Tanya Kame.
“Terkadang, jika Yuichi sedang latihan kendo. Dan jika pasangan TegoMyla juga tidak bisa diganggu… Jadi aku sendirian. Nande?”
“Nanimonai… aku heran saja cewek seperti kamu bisa sendirian.”
“Iya, karena aku gak seberapa akrab juga sama temen-temenku dan… sulit bersosialisasi. Memang… aku lebih suka sendirian.”
“Memangnya apa yg membuatmu lebih suka sendirian?” Kame memandang Rakko dengan tatapan yg penuh keheranan.
“Shiranai… mungkin sejak aku kehilangan Okaasan…” Gadis itu langsung tertunduk.
“Jadi, kau tak punya Ibu sekarang?”
“…” Rakko mengangguk dengan sedikit guratan sedih di wajahnya.
“Gomen, aku tak bermaksud bergitu… Miyamoto san…” Pinta maaf Kame.
“Daijoubu…” Rakko beralih memandang langit.
“Soshite… Ayahmu?” Tanya pria itu lebih pelan lagi. Takut berbuat salah.
“Dia… Entah dia kemana. Mungkin masih menjadi buronan polisi. Hehehe…” Jelasnya dengan tawa pahit. Lalu dia berdiri dan melangkahkan kakinya ke pagar.
“Ehh?” Pria itu seperti merasa bersalah. Dia hanya bisa tertunduk.
“Daijoubu yo… Kamenashi san…” Masih berpaling dari wajah pria itu. Dia menengadah ke langit sambil mengerjap-ngerjapkan matanya. Takut air mata itu mengalir.

 If you look up at the sky, there's a single shining star.

“Yuichi wa dare?” Tanya Kame mendekati Rakko. “Anata ga kareshi?”
“Iie… Kakak kelasku yg aku kagumi. Mungkin bisa dibilang sahabat.”
“Naruhodo…hehehe…” Actually, hati Kame terasa lega. Mungkin dia mulai menyukai Rakko.
“Hmm…” Gumam gadis itu tak jelas.
“Daijoubu… Hehe…”
“Aneh…” Timpal Rakko tersenyum.
“Ehh? Akhirnya kau tersenyum juga.”
“Habis wajahmu keak anak kecil. Pantesan para anak cewek tergila-gila ama kamu…”
“Hontou ni? Jadi kamu juga ikutan?”
“Ehh? Tapi gak begitu menarik sih… wajah cantik itu pasaran di Jepang.”
“Hufft!” Kame mengembungkan pipinya membuat Rakko terkekeh.
“Hahaha… jangan sampai kau dekat-dekat dengan Myla.”
“Myla? Nande?”
“Sakura Myla. Dia bisa saja selinguh sama kamu. Haha…”
“Ohh, yg duduk di sebelahmu itu kan? Cantik juga sih…”
“Hmm… memang dia anak popular juga sih disini karena kecantikannya. Jangan sampai kau jatuh cinta sama dia. Bisa-bisa kau di keroyokin sama tangan kanan Ayahnya Tegoshi. Ayahnya kan kepala resor kepolisian Jepang…”
“Bisa mampus dong gw!” Kame menggaruk kepalanya yg disambut tawa Rakko.

 “Raa chaaaaan~ Aku cariin… ternyata… kau disini…” Seorang gadis itu terlihat ngos-ngosan.
“Sakura~ chotto…” Si cowoknya pun ikut di belakang.
“Ehh? Kalian… Doushite?” Tanya Rakko.
“Ehh?...” Myla gelagapan karena melihat ada Kame. Lalu kembali fokus. “Anoo…”
“Kakakmu kecelakaan!” Potong Tegoshi. Lalu dia menghela nafas sebentar. “Kakakmu kecelakaan waktu perjalanan ke Nagoya untuk bisnisnya.”
Rakko mematung. Kaget. “Dia… di…mana se…karang????”
“Di rumah sakit Himawari… Nagoya…” Jawab Myla cepat.
“Jin Niichan…” Rakko pun berlari dengan kencangnya.
“Rakkoooo!”
“Rakko san…” Akhirnya Kame juga menyusul gerak kaki Rakko.
“Apa yg harus kita lakukan Yuyachii?” Tanya Myla memandang kekasihnya dengan khawatir.
“Ayo! Naik mobilku!” Saut Tegoshi panik.

Myla dan Tegoshi juga segera menyusul Rakko dan kame. Dengan khawatir Tegoshi langsung menancapkan gas mobilnya dan melaju cepat. Di jalan dia bertemu Rakko dan Kame yg sedang berlari.

“Rakko! Kamenashi san! Ayo cepat naik! Rumah sakitnya kan jauh!” Teriak Myla.
“Tinggal… sedikit… lagi…” Rakko terus berlari.
Kame pun berhasil memegang tangan Rakko. “Rakko… Ayo! Ini buang-buang waktu!”
“Demo…”
“Ayo! Ini juga demi kakakmu!” Teriak Kame.


CKIIIIIIIIITTTT…
 
Tegoshi mengerem mendadak dan Kame membawa Rakko ke mobil Tegoshi.
“Ayo cepat… Tegoshi!!!” Kata Rakko yg masih ngos-ngosan.
“Hai’…” Tegoshi hanya mengangguk dan melanjutkan apa yg akan di kerjakannya.
“Rakko… Niichanmu akan selamat kok… Kudengar dia hanya mendapat luka yg ringan. Jadi tak begitu serius.” Hibur Myla yg sedari tadi melihat Rakko cemas.
“Demo… gimana kalo gak selamat? Gimana kalo gak bisa bersama lagi? Gimana kalo…” Air mata Rakko turun. Tentu saja. Kakaknya adalah keluarganya satu-satunya. Dan dia tentu tak mau kehilangan orang tercintanya lagi.
“Miyamoto…”

Tell me why, why do we long for love like this?
Ahh... The starry sky is honest, decorating the night with its tender sparkling.

GREBBB…
Tanpa pikir panjang Kame memeluk Rakko.
“Tenanglah… aku yakin kakakmu selamat…” Kame juga tak kalah menghibur Rakko. Myla hanya tersenyum dan membiarkan Kame menenagkan Rakko.
“Aku gak mau sendirian… lagi…” Bisik Rakko pelan. Namun Kame dapat mengerti maksudnya.
“Anata ga… hitori jyanai…”
“Ako bodoh! Aku harus dihukum! Kenapa aku gak menjaga Kakak???!” Tangis Rakko pecah.
“Tenang Raa chan…” Ucap Myla.

Rakko berusaha melepas pelukan Kame dengan kasar. Otaknya sudah tak terkendali. Ingat tidak jika dia terlalu berfikir keras? Dia mulai memaksa membuka pintu dengan keras. Tentu saja tak bisa karena sengaja dikunci oleh Myla yg takut akan syndrom, penyakit Rakko kambuh. Akhirnya yg ditakuti oleh sahabatnya itu datang juga.

“Rakko…” Myla melihat Rakko dengan tatapan iba. “Yuya! Ayo cepat!”
“Iya… aku mengerti… tapi… tapi jalan ini macet…” Jawab Tegoshi panik sambil sekilas melihat Rakko yg mengamuk ke Kame. Belum lagi perjalanannya yg lama.
“Akhhhh!!! Aku tak pantas hidup!” Rakko menjambak rambutnya sendiri. Ia tak peduli bagaimana keadaan rambutnya sekarang.
“Rakko chan… Kau kenapa?” Tanya Kame memandang Rakko panik.
“Kamenashi san… Nanti aku bisa jelaskan.” Myla angkat tangan dan janji akan menceritakan semuanya nanti. Kame hanya mengangguk mengiyakan.
“Aku benci diriku sendiri… aku benci…” Omongan Rakko melantur kemana – mana sehingga Kame menarik Rakko dan memeluk tubuh gadis itu dengen erat.
“Onegaii Miyamoto san… yamete… yamete yo…”

Rakko hanya bisa menangis dan tak lama dia tertidur. Tak tega melihat Rakko, Kame menyandarkan Rakko tidur di pahanya. Nagoya, tempat yg cukup jauh jika dari Tokyo. Sementara jalanan juga macet karena hari ini ada festifal. Tak beberapa lama mereka sampai juga.

“Miyamoto san…” Seorang pria membangunkan Rakko dengan lembut.
“Hmmm… Kame…nashi…kun…” Rakko mencoba membuka matanya melebar. Dia sedikit mengerang ketika mengangkat tangannya yg sedikit memar karena dia mendobrak pintu mobil dengan keras tadi.
“Nee, sudah sampai…” Sambung Tegoshi menoleh ke Rakko dan tersenyum.
“Hai’!” Rakko langsung berdiri walaupun kakinya juga sakit karena tadi.
“Kiyosukete…” Ujar Myla sambil menuntun Rakko keluar dari mobil.
“Ayo! Kita harus bertemu Niichan!” Seru Rakko yg hampir berlari. Tapi…
“Kau tetap saja keras kepala adikku!” Tiba-tiba ada seseorang yg duduk di kursi roda datang di hadapan mata gadis itu, diikuti oleh seorang pria lagi yg memakai jas putih, jangan ditanya, dia pasti seorang dokter.
“Niichan!” Rakko langsung menyambar ke pelukan kakaknya. “Daijoubu? Apa lukamu serius? Kenapa kau ada di kursi roda? Ada apa dengan kakimu?”
“Kau bertanya seperti wartawan saja!” Jin langsung memukul lembut adiknya. “Dai~jou~bu!”
“Aku khawatir Niichan… karena kau satu-satunya keluargaku.” Rakko memeluk kakaknya lagi dengan sedikit air mata yg ada di pipinya.
“Nee~ sejak kapan Rakko cengeng seperti ini?” Goda kakaknya sambil menghapus air mata yg ada di pipi Rakko.
“Syukurlah Niichan selamat…” Myla ikut tersenyum juga.
“Bagaimana? Apa ada luka serius?” Tanya Tegoshi lembut kepada Jin.
“Tidak apa-apa, hanya tulang kakiku patah saat terjatuh dan sedikit terjepit di antara dua mobil. Jadi tak begitu cukup serius juga.” Jin hanya tersenyum. Matanya seperti mengatakan jika tak usah khawatir dengannya.
“Nee Niichan… perkenalkan… ini Kamenashi Kazuya jika kakak heran…” Jelas Rakko yg sedari tadi melihat kakaknya memandangi si Kame itu.
“Kazuya Kamenashi desu…” Kame sedikit terkejut. Wajah itu seperti tak begitu familiar.
“Ohh, bukan pacar kan?” Tanya Jin menggoda.
“Niichan!” Rakko hanya bisa menggembungkan pipinya.
“Kalo kau merestui hubungan kami. Aku juga mau kok…” Dengan bakanya Kame mengatakan itu yg sukses membuat Rakko terkejut.
“Kame kun! Apa yg kau bicarakan?!” Kata Rakko seidkit marah bercampur malu.
“Kalau kau bisa menjaganya dengan baik. Aku akan memberikan adikku!” Tantang Jin.
“Niichan juga! Huffft!”
 “Maa~ baiklah mengganggu kalian semua. Kurasa tuan Miyamoto harus istirahat dulu…” Kata sang dokter dengan senyuman khasnya. Dokter itu juga cukup muda. Mungkin di mata para gadis pasti membuat mereka jatuh pingsan.
“Baiklah… ohh iya, ini dokter yg menanganiku.” Jelas Jin yg sempat melihat mata Myla yg seakan berkata siapa dia.
“Hai’… Yamashita Tomohisa to mo shimasu…” Dokter itu memperkenalkan dirinya.
“Sugeee~” Ucap Myla pelan disambut dengan pukulan lembut Tegoshi.
“Sakushi! Kau tetap aja seperti ini!” Mata Tegoshi sepertinya marah. Sulit jika sudah seperti ini. Karena semua tahu, Tegoshi sangat menyayanginya.
“Hahaha… Sudah kuduga…” Ujar Rakko dan Jin bersamaan. Walaupun sahabat adiknya, tapi pria itu cukup tau sifat Myla seperti apa.
“Jya… kurasa Kakak juga butuh istirahat. Mari kutemani?” Dokter itu mempersilahkan Rakko untuk mendorong kursi roda Jin.

Rakko sangat bersyukur Kakaknya tidak apa-apa. Walaupun dia sempat khawatir akan patah tulang di kaki yg di alami Kakaknya. Tapi tak cukup serius juga.
“Sakura san…” Panggil Kame yg kini duduk di depan ruang inap bersama Myla dan Tegoshi yg sibuk dengan ponselnya karena mengatasi kejadian kecelakaan yg terjadi pada Jin.
“Ya?” Myla menoleh dan mendapati mata Kame yg masih heran.
“Sebenarnya… Rakko kenapa?”
“Etoo… dia… dia sakit…”
“Sakit? Sakit apa?”
“Ada gangguan mental di otaknya. Jadi dia punya penyakit seperti syndrom menyakiti diri. 
Memang dia adalah gadis biasa pada umumnya. Hanya… jika dia berfikir terlalu berat… Otaknya akan terganggu. Itu yg membuat dia tak bisa mengendalikan dirinya.” Jelas Myla.
“Nande?” Kata Kame pelan. Di depannya, dia melihat Rakko yg tertidur di samping Kakaknya. “Sakushi…” Panggil Tegoshi yg kini sudah membaik.
“Hmm?” Myla menoleh menatap langsung mata kekasihnya.
“Ayahmu… memanggil kita…” Tegoshi seperti sulit menemukan arti dari mata Myla. Seperti Myla tak tega meninggalkan sahabatnya. “Sebenarnya ini tentang pertunangan kita. Tapi jika kau mau berada disini lebih lama. Aku akan pulang dulu dan menjelaskan kepada Ayah jika kau tak bisa datang karena ini.”
“Dame… Aku akan ikut denganmu. Tapi… Rakko…” Myla kelihatan bingung mana yg harus dia pilih untuk saat ini. Dia masih khawatir dengan keadaan sahabatnya.
“Daijoubu Tegoshi san… Myla san… aku akan menjaganya…” Kame sukses membuat pasangan TegoMyla kaget.
“Hontou?” Tanya pria berambut kecoklatan itu meyakinkan.
“Hai’…” Kame mengangguk tanpa ragu lagi.
“Demo… anata ga… hontouni Rakko wa sukida no?” Myla menatap sepasang mata Kame. Mencari apakah ada kebohongan disana. Karena dia terlalu khawatir dengan trauma yg dialami sahabatnya kemarin.
“Rakko wa… mamoritai kara…” Jawab Kame serius menatap Myla dan Tegoshi.
“Hmm… wakatta…” Myla akhirnya tersenyum meyakinkan.
Tegoshi yg melihat Myla ikut tersenyum, lalu memegang pundak Kame, “Jaga sahabat kami…”
“Hai’… dou itashimashite…” Kame tersenyum lalu melambaikan tangannya saat kedua pasangan itu mulai melangkah pergi.

Pria itu duduk kembali. Masih menatap gadis yg ada dihadapannya yg tertidur pulas. Ada sedikit guratan kebahagiaan disitu. Tak terasa, akhirnya dia terbawa suasana juga. Dia ikut tersenyum melihat itu.


Keesokan paginya, Kame mulai bangun dari posisi tidurnya yg di sofa ruang inap. Dia terkejut saat menemukan Rakko disampingnya. Dia ingat, semalam Rakko terjatuh dari tidurnya yg duduk di samping Kakaknya dan dia lah yg memindah gadis itu tidur di sampingnya. Sofa itu cukup panjang untuk ditiduri.

“mmm…” Kame terkejut dengan suara itu. Ternyata gadis disampingnya sedang mengigau.
“Miyamoto…” Pria itu mengelus lembut wajah Rakko.

Somewhere, somewhere there's my precious only one.
You're not all alone anymore, you're not alone.

“Hmm… ternyata kau memang mencintainya…” Ucap seseorang yg tiba-tiba di belakang Kame yg kaget. Kame pun tak segan-segan menoleh darimana suara itu berasal.

Pria itu bingung tak tau harus menjawab apa. Dia mengira pria yg sekitar 2 tahun lebih tua darinya yg sekarang dihadapannya itu masih tertidur di ranjangnya. Tapi tak tau lagi ketika ia sudah membuka matanya. Pria yg menatapnya sekarang hanya tersenyum menanti jawaban. Kame seakan ragu untuk menjawabnya.

“Iya… Jin…” Kame hanya menatap pria itu.
“Ternyata kau masih mengingatku yah?”
“Hmm… aku tak bisa melupakan jasamu yg pernah menolongku dari pembunuhan itu.” Kame hanya bisa tertunduk. Mengingat kenangan pahit itu.
“Sebenarnya, itu Ayahku… maaf…” Jawab Jin yg membuat Kame terkejut seketika.
“Ti… tidak mungkin…” Kame memundurkan langkahnya. Satu… dua…


--flashback—

Malam yg diselimuti penuh kagalapan. Ada empat orang berbaring tak bernyawa berserakan di rumah besar itu. Satu wanita berparuh baya yg tergeletak di lantai dapur dengan darah keluar dari mulutnya. Satu pria sekitar hampir lanjut usia yg masih duduk dengan kepala yg berlumuran darah. Dua laki-laki, satunya remaja dengan perut yg penuh darah dan satunya sekitar baru dewasa dengan darah segar yg masih mengalir dari leher. Mereka berdua tergeletak di atas kasur.
Ada satu mata yg pertama kali terkejut melihat semua itu. Hilang sudah. Dia berdiri mematung, tak percaya.

“Okaasan… Otousan… Oniichan… chibachan…”

Dia menangis setelah melihat semua jasad keluarganya yg tergeletak berserakan. Dia mengepalkan tangannya. Bersumpah akan dirinya yg harus tetap hidup dan membunuh siapa yg di belakang ini semua.

Seseorang pria yg mengenakan kemeja putih yg kini sudah berlumuran darah segar dan membawa pisau yg masih ada darahnya itu melangkah perlahan-lahan. Masih ada satu yg belum dia musnahkan. Dia mencari-cari sosok itu. Dan akhirnya…

“Hy… Kamenashi Kazuya…” Pria itu terkekeh pelan.
“Kau!” Seorang yg dipanggil Kame itu terkejut. “Apa yg kau lakukan terhadap keluargaku??!! Dan… APA MAUMU YOSHIKAWA SHIROSAGI???!!”
“Simple… aku hanya ingin membalaskan apa yg otousanmu lakukan…” Jawab pria paruh baya itu sambil memegang pisaunya erat.
“Tapi kenapa kau seperti ini???!!! Aku tau otousan salah… demo… Kenapa kau membunuh mereka semua????!!! Hah???!! Aku juga sudah mengganti uangmu… bahkan lebih…”
“Karena… aku benci melihat keluargamu. Dan uangmu itu tak berarti apa-apa atas apa yg ayahmu lakukan saat menipuku!” Mata tajam itu menatap Kame. “Ima…” Pria yg dipanggil Shirosagi itu mendekati Kame. Memajukan pisau penuh darah itu ke arah laki-laki bertubuh kecil dihadapannya. “Kaulah yg tersisa… aku harus memusnahkanmu… memusnahkan keluarga Kamenashi…”
“…” Laki-laki itu hanya dapat memundurkan langkahnya.
“Omae ga!!! Menjauh dari sini!!!” Teriak seseorang berjas hitam yg tiba-tiba muncul di belakang pria pembunuh itu.
“Jin! Apa yg kau lakukan disini?! Kau hanya anak kecil! Menyingkir kau dari sini! Dan jangan ikut urusanku!!!” Teriak Shirosagi kaget melihat seseorang yg bernama Jin itu.
“Kau… kau memang… tak pantas… hidup…” Balas laki-laki berjas hitam itu yg nafasnya masih tak beraturan. Mungkin dia habis berlari.
“Tau apa kau!!”
“Kau… menjauh dari sini…” Laki-laki berjas hitam menunjuk Kame yg tubuhnya masih gemetar. Kame menatap laki-laki itu dengan guratan wajah yg heran. “Apa yg kau tunggu!!! Cepat kau pergi dari sini!!!”
“Demo… bagaimana… denganmu…” Kata Kame khawatir. Dia merasa sangat terdesak. Shirosagi mulai melangkahkan kakinya dan mengarahkan pisaunya ke laki-laki berjas hitam tersebut.
“CEPAAAT!!!!” Teriak laki-laki itu sambil menendang tubuh seseorang yg bernama Shirosagi itu dengan keras. Kame berlari dari situ dengan tubuhnya yg gemetar.

 --flashbach end--


Laki-laki itu masih terkejut. Dia takut menatap mata itu. Setengah di hidupnya masih ada dendam itu, tapi setengahnya lagi ia menyalahkan ayahnya yg juga menjadi seorang penipu dulunya.
“Maafkan aku Kamenashi san…” Jin turun dari kursi rodanya. Dia menunduk meminta maaf sebesar-besarnya. “Maaf…”
“Tapi… tapi… kenapa harus keluargaku… yg dibunuh…” Laki-laki berpostur seperti wanita itu hanya berdiri shock.
“Maafkan aku…”
 
Kame memberanikan dirinya menatap mata itu. Dia melihat ada ketulusan disitu. “Tidak… tidak… kau tak salah…” Kame membenarkan letak Jin yg sebelumnya. ”Ayahmu yg salah…”
“Gomen… aku juga tak tau kenapa orang itu sampai separah itu.”
“Tapi… tapi kenapa marga Rakko dan kau bukan Yoshikawa? Seingatku nama pembunuh itu… Yoshikawa Shirosagi…”
“Karena aku yg menggantinya. Kami memakai nama marga Ibu. Aku tak mau mengakuinya lagi sebagai Ayahku. Dia bukan Ayahku…” Jin hanya tertunduk. Matanya memerah mengingat itu.
“Berarti… cerita Miya chan benar… ayahnya jadi buronan polisi.”
“Iya, Tegoshi juga ikut menangani ini walaupun dia masih muda, …”
“Shinjite jyanai…” Kame memandang Rakko yg masih tertidur di sampingnya.


Someday, someday you're fated to meet someone you'll love.
Before you realize it, they'll be by your side.

Ditengah hujan, ada seorang gadis yg berjalan sendirian dengan payung transparan. Sudah setahun dia ditinggal Ibunya dan kekasihnya. Sejak saat itu dia lebih suka menyendiri. Tapi ada seseorang yg selalu menemaninya walaupun gadis itu tak menginginkannya. Tak ada ikatan antara mereka. Cukup sebagai sahabat. Meski setiap orang melihat itu berpendapat jika mereka pasangan kekasih yg cocok.

“Miyamoto san… jangan berlari!” Teriak seseorang yg kini ketahuan sedang mengikutinya sedari tadi.
“Kenapa kau mengikutiku terus sih???!”
“Kimi wo mamoritai kara…” Gadis itu menatap laki-laki dihadapannya untuk kesekian kalinya. Traumanya masih saja belum sembuh. Dia ingin mempercayai laki-laki itu. Tapi sepertinya ia tak pantas atas perasaan itu.
“Aku… ingin sendiri…” Balas gadis itu pelan.
“…” Laki-laki itu hanya menatap mata itu. Seakan meminta penjelasan.
“I want to alone…” Ucap terakhir kali dari mulut gadis itu. Tak merasa bersalah, gadis itu pergi meninggalkan laki-laki yg masih berdiri terpaku itu.

‘Aku ingin sekali melindungimu. Berada disisimu saat kau sendirian. Aku tak ingin kau sendirian. Merasakan sakitnya kepedihanmu yg perlahan masih membekas di hatimu.’ Batin Kame melihat langkah kepergian Rakko yg perlahan mulai hilang.
Hujan turun dengan derasnya.Ia terlalu lelah dengan pikirannya. Dia terus menyangkal jika dia punya rasa dengan Kame. Tapi bayangan kekasihnya selalu membuatnya untuk mencegahnya. Di tengah perjalanannya yg kesepian, tak sengaja dia menabrak seseorang. Membuat dirinya dan seseorang yg ditabraknya terjatuh.

BRUKK…
“Gomen gomenne… aku tak sengaja…” Gadis itu berusaha berdiri dan menunduk minta maaf.
“Rakko chan…”
“A… anata…” Rakko yg melihat itu tak mempercayainya. “A… aku harus pergi…”
“Rakko… onegaii…” Pria itu mencengkram lengan Rakko dengan erat saat Rakko lekas pergi. Seperti tak mau kehilangan dia lagi. “I want to tell something for you… please…”
“Tidak! Tak cukupkah kau menghancurkan hatiku Ninomiya???!” Gadis itu berusaha melepaskan cengkraman dari pria itu. Tapi tetap saja karena tangan pria itu lebih kuat, gadis itu tak bisa. “Kumohon… lepaskan aku!!!”
“Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau mendengarkanku, Raa chan!” Paksa lelaki itu.
“Aku tak mau dengar!!!” Rakko menutup kedua telinganya.
“Aku ingin kembali kepadamu Raa… kumohon… setahun lalu itu bukan aku yg menciumnya. Tapi dia yg menciumku… kumohon… maafkan aku Raa… onegaishimasu…” Pinta lelaki itu berusaha menatap Rakko.
“Tidak! Aku tak mempercayaimu! Pergi!!! Pergi!! PERGI KAU DARI SINIII!!!” Jerit Rakko sambil memukuli dada laki-laki itu dengan keras. Perlahan cengkraman Nino melemah dan Rakko berhasil melepaskan tangannya. Lalu terjatuh di trotoar. Reflex payungnya terjatuh. Hingga hujan yg deras kini membasahi tubuhnya.
“Kumohon dengarkan aku...” Nino berjongkok. Menatap gadis yg tengah terduduk itu dengan keadaannya yg basah. Dia berusaha melindungi gadis yg ia tau dicintainya selama ini dari derasnya hujan yg berniat membasahi Rakko.
“Kenapa kau baru datang sekarang? Kenapa kau tak menolak ciuman itu? Kenapa kau tak menjelaskan siapa gadis itu?” Air mata itu mulai mengalir dari mata Rakko. Seiring dengan hujan yg turun. Tapi pria di hadapannya tau jika gadis itu menangis.
“Gomen… gomenne…”

GREBB…
 
Laki-laki itu memeluk gadisnya.

Seperti apapun kau akan menangis…
Laki-laki itu ikut menangis mendengar apa yg selama ini gadis yg dicintainya derita. Dadanya sesak mendengar itu. Menyesal, kini yg dia rasakan.

“Kumohon… percayalah padaku… aku merana setahun ini tanpa dirimu…” Bisik Nino masih tak membiarkan Rakko melepaskan pelukannya. “Kau tau sesuatu? Setahun ini aku menyesal. Hidupku tak tenang. Terus di hantui akan kelasalahanku yg meninggalkanmu. Akhirnya aku menemukan jawaban di hatiku. ‘Anata ga suki da no’”

Aku percaya kau akan menemukan cintamu kembali…

“Apa itu salahku karena kau pergi dariku? Apa aku yg tak mengerti mu? Aku benar-benar jahat… aku jahat… aku harusnya tak ada di dunia ini… atau aku lah yg membuat Nino tak sayang padaku…” Seru Rakko sambil menjambak rambutnya sendiri.
“Apa yg kau bicarakan Hime sama? Aku mencintaimu hingga sekarang… kau tak salah… aku yg salah…” Nino menahan tangan Rakko yg menyakiti dirinya sendiri. Membenarkan payung miliknya agar bisa melindungi gadis itu kembali.
“Tidak!! Itu semua salahku… salahku!!!! Aku yg membuatmu pergi dariku kan??! Kau sekarang tak mencintaiku kan??! Itu salahku Ninomiya!!! Aku harus mati saja!!” Teriak gadis itu berusaha mengalahkan besarnya suara hujan yg deras. Dia melepas paksa pelukan itu.

Separah apapun kau, dia akan melindungimu…

“Kenapa? Kenapa kau begini Raa chan???” Nino tak membiarkan Rakko melepaskan pelukan itu. Malah pelukan itu semakin erat dibuat Nino.
“Ouji sama… aku mencintaimu… kumohon jangan tinggalkan aku… kumohon… kumohon jangan biarkan aku sendirian…” Tangis Rakko makin keras. Walaupun terdengar samar-samar.
“Iya… aku tak akan meninggalkanmu… yakusoku suru…” Janji Nino.

Even if a million years go by.
We never change, no worries, you'll be alright.

Pria itu hanya berdiri dengan kaku. Menyaksikan kejadian yg membuatnya sakit. Dia… dia… tak bisa melakukan apa-apa. Hanya bisa berdiri di tengah hujan. Titik-titik air itu makin cepat turun. Seiring dengan hujan yg begitu deras. Tubuhnya basah. Tak sadar akan payungnya yg jatuh.

Dan aku memang bukan siapa-siapa bagimu.

Dia sudah tak peduli lagi dengan keadaannya. Tatapannya berubah menjadi tatapan kosong. Kaget apa yg baru dilihatnya. Kedua orang sedang berpelukan di bawah payung transparan di tengah hujan. Berpelukan dengan hangat. Membuat pria yg dibelakang kedua orang itu patah hati. Berfikir harapannya hilanglah sudah.

 “…me…”
“…me chan…”
“KAAAAMMEEEE CHAAAAN!!!!”
“HUWAAAA! APAA????” Laki-laki itu langsung melompat terkaget-kaget.
“Kau ini! Melamun saja!” Laki-laki yg ada dihadapan Kame itu hanya kesal.
“Gomen gomen gomen…” Ucap Kame setelah menyadari kesalahannya. “Ueda… Maafin aku yah??? Onegaii… Jangan marah…”
“Baiklah… aku tak akan marah… aku bosan memarahimu terus.”
“Maa~ Aku pulang yah… jya…” Kame mengambil tasnya dan berniat keluar dari sekolah itu.
“Kenapa kau?” Tanya Ueda sebelum Kame benar-benar akan bergerak pulang. “Kau terlihat seperti orang patah hati…”
“Daijoubu…” Kame hanya melengkungkan bibirnya sedikit. Tanda dia akan tersenyum. Walaupun tak terlihat seperti senyuman biasanya.
“Hontouni? Uso desu ne?” Ueda tak henti-hentinya memastikan apa yg terlihat di wajah seorang Kamenashi Kazuya.
“Daijoubu daijoubu Ueda san…” Kame menghela nafas. “Ehhhhhhhh??? C-c-c-chotto mattteeeee!” Teriak Kame seperti orang gila.
“Nande sore???” Tanya Ueda yg sangat kaget.
“Yabbaiiiii! Buku yg aku kumpulkan ke Ohno Sensei tadi ada uangku yg nyelempit distu… Kyaaaa! Boku no kane…”
“GUBRAK…” Ueda memukul kepala Kame. “Bikurishita! Aku kira apaan tau!!!”
“Hehehe… anterin aku yah ke kantor.”
“Males… apa kau tak tau aku sedang apa?” Ueda menunjuk bukunya. Kame tau maksudnya. Ueda Tatsuya ingin belajar untuk menyaingi kepintaran Tanaka Koki.
“Yaelah da~” *matte, kagak enak banget manggil ‘da’* “Si Koki mah emang pinter dari sononye… ngapain lu pake acara ‘bersaing’ segala… emang lu mau gulat apa?”
“Ya gak sih… aku mau aja lebih pinter dari dia.” Ujar Ueda santai. “Ajak Junno noh yg duduk-duduk aja sedari tadi sambil ngelamun…” Jari telunjuk Ueda mengarah ke Junno yg ada di luar kelas. Seperti merenungkan sesuatu. Guratan kesedihan tampak di wajahnya.
“Gak usah deh… dia masih sedih gitu gara2 putus ama pacarnya. Aku sendiri saja…”

Dia akhirnya sendirian juga. Kame sebenarnya terseiksa dengan keadaannya sekarang. Terlebih apa yg dilihatnya seminggu lalu yg terus disangkalnya kalau itu tidak real. Dia terus memikirkan itu. Bahkan sedang jalan sekarangpun masih memikirkan itu.

Entah kenapa dia mengurungkan niatnya untuk pergi ke ruang guru. Dia lebih tertarik masuk ke ruang musik yg ada di sekolahan ini. Ruangan itu seperti tempat dimana anak-anak musical bermain disini. Melihat beberapa alat musik yg tertata rapi disitu. 

Matanya tertuju pada piano besar yg ada di ruangan itu.
Dia mulai menyentuh tuts piano itu dengan jari jemarinya. Saat berumur 15 tahun lalu, dia berhenti memainkan piano. Dia mulai mengingat masa lalu. Piano itu sedikit berdebu. Mungkin sudah terlalu lama tak terpakai. Dia membersihkan debu-debu itu dg tangannya. Melihat ada tempat duduk di depan piano itu. Dia duduk dan mulai bermain piano.

 ‘Ehh? Suara piano siapa itu? Jarang-jarang siswa sini bermain piano…’ Batin seorang gadis yg kini tengah berdiri sendiri di dekat ruang musik.
Dia mendengar suara piano itu mengalun pelan ke telinganya. Diiringi dengan suara yg begitu merdunya. Dia terus hanyut dalam permainan lembut itu. Dia tak kuat lagi menahan keingin taunya. Akhirnya dengan pelan dia mendekati ruang itu dan memperhatikan pemuda itu. Dia tak menyangka, Kamenashi Kazuya yg kini sedang bermain.

Kame bermain piano cukup mengesankan. Jari-jari lembutnya tak henti-hentinya mengalunkan sebuah melody indah. Dan diiringi dengan suaranya. Dia bermain dengan menutup matanya. Tak menyadari jika ada seseorang yg tengah memperhatikannya.

Your precious only one kanarazu deaeru sa
One day you'll find kono hoshi de I believe in love
Zutto
(Aku tahu Anda akan bertemu orang berhargamu hanya satu.
Suatu hari, Anda akan menemukan mereka di bumi ini.
aku percaya pada cinta selalu)

Sometime toki ni nazeka mune ni semaru loneliness
I don't want to be all alone setsunakute
(kadang kadang, kadang kadang kesepian menguasai hatiku.
saya tidak ingin sendirian, ini sangat pahit.)

Tangan dan mulut Kame terhenti pada lyrics itu. Dia merasa sangat kesepian… mengingat saat pertama kali dia bertemu dengan Rakko Miyamoto. Seorang gadis yg tak ia sangka menjadi cintanya. Lalu mengingat kejadian seminggu lalu yg begitu merobek hatinya. Dia ingat saat kejadian itu keesokannya gadis itu tak masuk sekolah. Dan sudah seminggu, dia menjauh dari gadis itu. Air matanya pun setetes mengalir.

GREPP… Mata laki-laki itu terbelalak kaget. Siapa yg memeluknya? Dia seakan tak percaya dengan apa yg ia cium di hidungnya. Aroma khas dari seorang gadis… gadis itu…

“Anata ga… hitori jyanai…” Ucap gadis itu sambil mempererat pelukan di leher Kame dari belakang dengan posisi berdiri.

Laki-laki itu merasakan pelukan itu hangat. Mengalahkan syal biru lembut yg sekarang ia pakai. Angin musim dingin masih saja bertiup di Tokyo. Ini hampir memasuki musim semi. Musim yg sangat dinanti-nantikan masyarakat Jepang. Saat bunga Sakura bermekaran dengan indahnya.

“Nande?” Bisik Kame setelah menghapus air matanya.
“Karena… karena…” Rakko seperti sulit mengatakan itu. Hatinya berdebar-debar.
“Karena… apa?” Laki-laki itu memotong pembicaraannya yg sepertinya sudah tak saba karena melihat gadis gugup.
“Anata… anata ga… su…ki… dakara…” Ucap Rakko terbata-bata.
“…Ke…kenapa?...” Tanya Kame yg bingung. Gadis itu malah mempererat pelukannya.
“Senbenarnya gadis yg mencium Nino setahun lalu adalah calon tunangannya. Ayahnya yg menyuruhnya untuk segera bertunangan hanya karena masalah bisnis. Lalu Nino menolak itu dan mencariku ke Jepang. Karena waktu Ibuku meninggal, aku pindah rumah. Dan saat aku disampingnya… aku sadar. Aku merindukamu…” Rakko kini beralih menatap laki-laki itu. 
Menatapnya dalam-dalam. “Keesokannya aku dibawa ke rumah sakit. Aku sekarang mulai menerima kenyataan. Bahwa aku memang sedang sakit. Dokter menyuruh Niichan untuk secepatnya melakukan operasi karena tumor akan menyerang otakku, belum lagi ada gangguan mental. Tapi Niichan menolak karena operasi itu akan menyebabkan ingatanku akan hilang dan tetap mengandalkan obat penenang. Niichan tak berani memberitahuku dan saat itu aku mendengar perbincangannya dengan dokter Nishikido. Nino juga datang padaku…”

--flashback--

“Aku harus jujur padamu… aku… aku mulai menyukainya… menyukai Kamenashi Kazuya. Seseorang yg setahun ini menemaniku. Gomenne…”
“…” Pria dihadapannya hanya menunduk.
“Aku juga mencintaimu… tapi setengah hatiku juga ada dirinya. Aku tak bisa menyangkal perasaan itu terus. Hatiku sakit.” Gadis itu mulai menitikkan air matanya.
“Tapi… kau akan bahagia kan setelah ini?”
“Un!” Rakko tersenyum dengan lembut. Walaupun air mata itu sempat mengalir. “Nanti jangan datang kepadaku… karena aku akan melupakanmu…”
“Kenapa?”
“Aku harus melakukan operasi itu. Aku tak mau menyusahkan Jin Niichan, Myla, Tegoshi, Yuichi dan Kame lagi.”
“Wakatta…” Nino memeluk gadis itu untuk yg terakhir kalinya. “Sayonara…”
“Sayonara…”

Nino keluar berniat keluar dari rumah sakit ini. Tanpa diketahui Rakko, dirinya menangis. Mengingat begitu ia mencintai Rakko. Tapi dia malah menyia-nyiakan gadis itu.

--flashback end--

“Aku juga tak tau, kenapa kau menjauhiku. Aku hanya bisa memperhatikanmu dari jauh.”
“Tidak… tidak… kau harus kembali padanya. Aku tak mau kau menyukaiku hanya kau merasa kasihan kepadaku.” Ujar Kame sambil berpaling dari mata itu.
“Shinjiteru yo!” Seru Rakko yg menarik wajah Kame untuk tetap menatapnya. Laki-laki itu menatapnya nanar. Dia tak menemukan ada kebohongan disitu. “Aku tak bisa menyangkal perasaan itu. Walaupun mulutku terus berkata ‘aku masih mencintai Ninomiya san’. Tapi hatiku berkata lain. Kau yg selama ini yg ada disampingku. Kau yg menemaniku saat aku sendiri. Kau yg mengajariku jika ‘aku tak sendirian’. Kau yg selalu melindungiku.” Sebutir air mata terlihat akan mengalir dari mata itu. “Anata ga… taisetsu na… anata…”

CHUPP…
Kame mencium Rakko dengan lembut. Sebelum gadis itu melanjutkan kata-katanya. Kame menciumnya makin dalam. Perasaan mereka tersalurkan.


--2 years later--

“Nee Kazuya… Ganbarimasu!” Rakko menyemangati laki-laki dihadapannya.
“Hai’…” Balasnya.

Kame melangkahkan kakinya di panggung. Setahun lalu saat dia lulus SMA, dia terpilih menjadi seorang penyanyi karena mempunyai suara yg cukup merdu. Pertama dia akan debut solonya, dia menjadi sibuk dan jarang menjenguk Rakko yg masih melakukan terapi sampai sekarang. Takut gangguan mentalnya kambuh lagi.

Seluruh ingatannya selama hampir enam belas tahun hilang. Ia tak bisa mengingat apapun setelahnya. Walaupun pernah Ninomiya menjenguknya, tidak ingat apa-apa dan berkata ‘Hajimemashite’. Dan dia selalu bilang hatinya merasakan sesuatu jika dia melihat Nino.
 ohh iya, kalian mau tau kan bagaimana Ayah Rakko? Setahun lalu, Tegoshi berhasil menangkapnya dan memasukkan kepenjara.

Belum saja Kamenashi Kazuya menampakkan dirinya di hadapan para penonton. Tentu saja para fangirlnya terus meneriaki namanya. Dia terkejut saat dia baru debut sudah banyak yg menjadi fansnya. Dia melangSkahkan kakinya perlahan menuju panggung dan seruan dari penonton pun kembali terdengar lebih keras.

Dia mulai duduk di depan piano. Jari-jemarinya siap memainkan piano. Dia mulai membuka mulutnya dan bernyanyi dengan suara emasnya. Lagu yg dinyanyikan cukup bisa membuat orang terharu bila melihat artinya. Tak lain seperti kisahnya sendiri. Kame juga sempat ikut terharu saat menyanyikan lagu itu dengan

Sometime toki ni nazeka mune ni semaru loneliness
I don't want to be all alone setsunakute
(kadang kadang , kadang kadang kesepian menguasai hatiku .

saya tidak ingin menjadi sepenuhnya sendirian, ini sangat pahit .)

Somewhere dokoka ni iru taisetsu na only one
You're not all alone anymore hitori ja nai
 (di suatu tempat, di suatu tempat ada seorang berharga saya hanya satu.
anda tidak sendirian lagi, anda tidak sendirian.)
 Someday itsuka aeru unmei no someone you'll love
Futo ki ga tsukeba hora ne kimi no soba ni iru
Kimi ga soba ni iru
You'll meet your only one
(suatu hari , suatu hari anda ditakdirkan untuk bertemu seseorang yang akan anda cinta
sebelum anda menyadarinya , mereka akan berada di sisi anda.

anda akan berada di sisi mereka.
anda akan bertemu hanya satu anda.)
Somewhere dokoka ni iru taisetsu na only one
You're not all alone anymore hitori ja nai
Sometime toki ni nazeka mune ni semaru loneliness
I don't want to be all alone… only one
 (di suatu tempat, di suatu tempat ada seseorang yg berharga hanya satu .
anda tidak sendirian lagi, anda tidak sendirian .
kadang kadang, kadang kadang kesepian menguasai hatiku .
saya tidak ingin menjadi sepenuhnya sendirian, hanya satu.)

Setelah menekan tuts piano yg terakhir, Kame menatap ke arah penonton sebentar dan melihat Rakko disitu…  “Aishiteiru…”


OWARIIIIIII… (gomen kepanjangen… hehe)


Miyamoto Rakko note:: wkwkwk.. cuma sekedar ngepost fanfic yg d kasih Myla Sakura XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar