Kamis, 02 Mei 2019

[ARTIKEL] KERETA API DI MADURA

Halo semuanya, saya Miyamoto Rakko. Kali ini, saya akan membahas mengenai kereta api di Madura. Siapa nih, orang Madura yang penasaran mengenai sejarah dan cerita-cerita kereta api Madura hingga akhirnya ditutup? Atau mungkin ada yang penasaran, meskipun bukan orang Madura tapi pingin tahu mengenai kereta api Madura? Sewaktu kalian masih kecil, pernah naik kereta api di Madura ini? Yang dari Bangkalan sampai mau ke Pamekasan dulu bisa diakses melalui kereta api. Nah, di sini, saya Rakko akan berbagi cerita mengenai Kereta Api di Madura.

Kereta api di Madura ini, dahulunya dibangun oleh perusahaan kereta api swasta milik Belanda yang bernama Madoera Stoomstram Maatschappij. Kereta ini dahulunya memiliki peran sebagai transportasi untuk membawa garam dari Sumenep menuju Bangkalan. Dimana, pulau Madura itu memiliki potensi alam berupa garam. Hal ini pun mendorong Belanda untuk membangun jalur kereta api untuk mempermudah transportasi. Transportasi sebelum adanya kereta api ini, yaitu menggunakan kereta yang menggunakan tenaga kuda, sapi, keledai. Akan tetapi, itu tidaklah efisien, dimana kuda, sapi, keledai merupakan tenaga yang juga membutuhkan istirahat dalam perjalanannya, makan, minum. Tentu akan memberikan dampak dalam lama perjalanan sampainya garam dan sumber daya alam yang diambil di Madura.

Jalur kereta api ini dibangun di daerah selatan Madura. Dapat kita lihat dalam peta pulau Madura sendiri, bahwasannya pusat-pusat kota yang ada di Madura berada di bagian selatan, bukan di bagian utara.



Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan daerah selatan dari pulau Madura lebih potensial dibandingkan daerah utara. Tentu Belanda sudah mempertimbangkan hal itu. Tanah di daerah utara lebih tandus ketimbang di daerah selatan. Oleh karena itu, Belanda lebih memilih dan membangun jalur kereta api di daerah selatan pulau Madura. Selain itu juga karena jalur dibawanya garam akan dibawa menuju Surabaya, hal ini tentu menjadikan jalur selatan lebih strategis dan lebih menguntungkan.

Jalur kereta api di Madura dimulai dari Kamal – Telang – Kessek – Sukolilo – Kwanyar – Batah – Modung – Patengteng – Kadungdung – Blega – Lomaer – Bangcelok – Torjun – Krampon – Sampang – Tanglong – Camplong – Tanjung – Branta – Pamekasan – Talang – Prenduan – Kapedi – Aengdakee – Sumenep – Marengan – Kalianget.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya untuk mengangkut garam saja, namun juga untuk mengangkut orang. Pada masa itu, masih ada stratifikasi sosial apalagi pada saat itu masa penjajahan Belanda, hal ini tidak terkecuali pada kereta api. Gerbong-gerbongnya pun dibedakan antara garam, bumiputera, dan orang Belanda. Tarif yang diberikan pada bumiputera lebih murah dengan fasilitas yang seadanya. Kereta api pada masa itu tidak memiliki kecepatan yang seperti sekarang, dimana infrastruktur juga masih kurang. Jalur kereta api menikung hingga kereta sering tergelincir. Namun hal ini sudah menjadi biasa bagi pengguna kereta api di Madura pada masa Belanda. Akan tetapi, perlahan-lahan, kereta mulai tidak lagi efisien. Dimana semakin banyak perusahaan swasta yang juga memberikan fasilitas dalam bidang transportasi. Dalam hal ini, Cina yang juga memiliki potensi tinggi untuk memberikan bantuan fasilitas dengan harga yang lebih terjangkau dibanding kereta api, serta memberikan waktu yang lebih singkat untuk membawa garam ke Surabaya. Cina menggunakan transportasi laut dimana mereka mempekerjakan bumiputera, jadi biaya yang diberikan lebih murah daripada kereta api yang mempekerjakan orang Belanda.

Nah, saya mendapat kabar pula, bahwasannya pada masa pendudukan Jepang, rel yang ada di Sumenep sudah diambil oleh pihak Jepang. Dimana kita tahu bahwa besi milik Belanda bukan kaleng-kaleng. Dan pendudukan Jepang lebih focus pada persenjataan karena mempersiapkan untuk perang dunia yang ke dua. Jadi, rel yang ada di Sumenep diambil dan dijadikan senjata oleh tantara Jepang.

Pasca kemerdekaan, hingga sekitar tahun 1970-an, kereta api di Madura digunakan namun akhirnya diberhentikan. Hal ini dikarenakan mulai adanya transportasi darat yang lebih cepat dan murah, seperti bus, mikrolet dan sebagainya. Kereta di Madura berjalan cukup lambat dan banyak stasiun kecil untuk pemberhentian. Oleh karena itu kereta api di Madura ini tidak lagi efisien dan akhirnya tidak ada pendapatan yang masuk. Dan pemerintah memilih untuk memberhentikan operasional kereta api di Madura.

Pada awal 2018, saya dan teman saya mendapat tugas untuk meneliti geohistori yang ada di Indonesia. Dan saya memilih untuk meneliti kereta api di Madura. Oleh karena itu saya dan teman saya mendatangi berbagai lokasi yang dahulunya menjadi stasiun kereta api di Madura. Dari berbagai sumber yang telah saya lihat di internet, bahwasannya kereta-kereta yang dulunya berhenti operasi, awalnya diletakkan di Balai Yasa, Kamal. Akan tetapi, karena tidak terurus sama sekali, pemerintah pun mengambil kereta tersebut dan diletakkan di museum di Ambarawa.
Kantor Perusahaan Aset Wilayah Madura

Kantor Perusahaan Aset ini dibawahi oleh KAI Daop 8 Surabaya. Apabila ada yang ingin ke sini, bisa meminta surat izin terlebih dahulu di KAI Gubeng, lalu baru ke Kantor Aset di Kamal ini. Kantor ini terletak tidak jauh dari pelabuhan Kamal, arah ke Universitar Trunojoyo Madura, kiri jalan. Kantor ini didirikan untuk mengurus dan memonitoring jalur kereta api di Madura sekarang ini. Mungkin ada yang bertanya, loh kenapa harus tetap dimonitoring? Kan sudah ditutup? Jadi gini, jalur rel kereta api ini memang sudah tidak digunakan untuk saat ini. Tapi tanah yang ada masih menjadi asset milik pihak KAI. Untuk mendapat pendapatan, pihak KAI ini menyewakan tanah yang menjadi jalur kereta api. Pasti tidak asing kan ada rumah, toko di atas rel kereta api? Nah, pihak KAI memang menyewakan tanah tersebut pada warga untuk dibangun sesuai dengan kontrak yang ada. Akan tetapi, sewaktu-waktu apabila diminta oleh pihak KAI, KAI juga berwenang atas tanah itu dan kembali menjadi milik pihak KAI.
Balai Yasa atau Dipo Lokomotif

Kondisi Rel di Kamal

Stasiun Pamekasan yang dialihgunakan menjadi warung

Stasiun Sampang yang sudah dialihgunakan menjadi pasar

Keadaan rel arah ke Sampang

Baru-baru ini, ada kabar bahwa kereta api di Madura akan kembali dihidupkan. Namun, saat saya dan teman saya wawancara, hal ini kembali pada permintaan masyarakat Madura. Karena bagaimanapun, tidak mungkin akan dihidupkan kembali jika permintaan tidak banyak. Apabila banyaknya permintaan, maka akan segera dihidupkan dan dioperasikan kembali kereta api di Madura ini. Siapa nih, yang pingin kereta api dioperasikan kembali di Madura? 😊
Bagi yang ingin melihat kondisi jalur rel, saya memiliki sedikit cuplikan video yang bisa dilihat di SINI


1 komentar: